bahasa sunda 4


 



kaya tetapi dalam kehidupan sehari-hari ia melarat'. 

b. 

 Ku lantaran ka baraya kuring mikeun eta barang, tapi ari ka 

batur mah moal dibikin. 

      

'Karena saudara saya berikan barang itu, tetapi 

kepada orang lain tak akan saya berikan'. 

c. 

 Maranehanana ngahargaan soteh ku lantaran jadi direktur 

tapi lamun jadi pagawe biasa mah bororaah. 

'Mereka menghargai karena -ia- menjadi direktur' 

'tetapi sebagai pegawai biasa tidak demikian' . 

d. 

 Bane bae resep soteh ku geulisna,kalakuanana mah pika­

ijideun. 

'Pantas saja -orang- senang karena kecantikannya, 

sedangkan kelakuannya menjijikkan' . 

Kita dapat mempunyai pendapat yang berbeda tentang orang yang sarna 

untuk rincian peranannya. Unsur antarwacana atau konteks penting dalam 

menentukan penafsiran makna. Oalam wacana pengertian sebuah leks 

atau bagian-bagiannya sering ditentukan oJeh teks lain . Teks dapat ber­

wujud ujaran , paragraf, atau wacana. 

Tuturan yang berurutan dapat saling menopang dalam penafsiran 

maknanya. Hal ini  mungkin disebabkan oleh sifat linearitas bahasa. 

Oleh karena itu pasangan berdekatan seperti -    - menunjukkan 

pentingnya ko-teks. 

-    - A: Pa! telepon! 

B: Oi kamar mandi! 

Pembicara B beranggapan bahwa ada telepon untuk dirinya, tetapl la 

berada di kamar mandi, dan mungkin menyuruh A memberitahukan 

-menjawab- telepon dengan memberi tahu penelpon bahwa ia -Bapaknya 

berada di karnar mandi- meskipun hanya ekspresi 'di kamar mandi' dan 

tidak muncul ekspresi 'Mohon jawab saya sedang berada di karnar mandi , 

nanti telepon lagi'. Bandingkan dengan ekspresi - - terdahulu, per­

hatikanlah -    -, berikut. 

-    - a. i. Katingali aya budak awewe jeung budak lalaki di hareup. 

'Terlihat ada anak perempuan dan anak laki-Iaki di 

depan'. 

ii. Budak awewe teh seuseurian bangun gumbira, tapi ari 

budak lalakina mah kacirina siga nu bingung jarnedud 

bae. 

'Anak perempuan itu tertawa tampak gembira, 

      


sedangkan anak laki-Iaki ilu lampaknya seperti ke­

bingungan dan diam marah'. 

b. i. Budak lalakina indil ka jero imah, luluy diuk dina korsi . 

•Anak laki-laki ilU masuk ke dalam rumah, lalu duduk di 

atas kursi'. 

ii. Manehna leu daek cicing, leu lemek leu nyarek tu]uy 

kaluar. 

'Ia tidak mau diam -gelisah-, lanpa bicara lalu keluar'. 

c. i. Barang nepi ka hiji warung budak lalaki leh asup. 

'Wasup sampai di sebuah warung nak laki-laki itupun 

masuk'. 

ii . Manehna diuk nyanghareupan meja luluy mesan kopi . 

'Ia duduk menghadapi sebuah meja lalu memesan kopi'. 

Pada -    a, ii- budak awewe mengacu pada budak awewe -    a,i- lebih­

lebih dengan munculnya leh 'itu' acuan sudah pasli merujuk kepada 

pronomina, peristiwa, hal sebelumnya. Pada -aii- budak lalakina me­

ngacu pada budak lalaki pada -ai- upaya -device- untuk menunjukkan 

bahwa persona, perisliwa, hal itu mengacu ke yang scbelumnya, selain 

leh digunakan pemarkah lakrif -na '-nya'. Pada -bi- budak lalakina 

mengacu pad a nu bingung jamedud bae 'yang kebingungan diam marah', 

dan pada -bii- manehna 'ia' -pronomina persona III- yang mengacu 

kepada budak lalakina 'anak laki-laki ilu' pada -bi-. Pada -ci- budak. 

LaLaki -teh- mengacu pada baik -bi- maupun -bii- dan seluruh kegialan 

pada -ci- dan -cii- dilakukan budak LaLaki yang sarna dengan -ai-, -aii-, 

-bi- yang koreferen dengan manehna pada -bii- dan -cii-. 

Kila dapal menerapkan prinsip penafsiran -lennasuk ruang dan 

waktu- dan prinsip analogi dalam menafsirkan pengertian -makna- yang 

terkandung di dalam wacana. Prinsip panafsiran lokal menyalakan bahwa 

pesapa -pendengar/pembaca- tidak membentuk konteks leibh besar dari­

pada yang diperlukan untuk menafsirkan makna wacana melalui 

penggunaan akal yang didasarkan alas pengalam annya. Bandingkanlah 

kedua contoh berikut: 

-   - Mangga ka lebel! 'silakan masuk' 

Pada -    - ekspresi imperalif ini menginklusifkan pesapa -pronomina 

persona II- dengan status sosial lebih rendah dari penyapa; sedangkan 

      

pada ekspresi imperatif -   - status sosial pesapa lebih tinggi daripada 

penyapa. Ekspresi -    - dan -   - sarna-sarna menginklusifkan pronomina 

persona II, hanya berbeda dari status sosial persona sebagai pesapa kar­

ena bahasa Sunda mengenal tingkat sosial, baik pesapa maupun yang di­

bicarakan. Pilihan kata -diksi- di dalarn bahasa Sunda dapat menentukan 

status sosial orang yang diajak bicara -pesapa- dan yang dibicarakan 

-lihat Djajasudarma,      : studi kasus Undak-Usuk Basa Sunda-. 

Manusia menggunakan akal yang didasarkan atas pengaJarnannya 

sebagai pedoman dalarn menyesuaikan perilaku dengan kebiasaan dalam 

masyarakat bahasanya. Hal ini  menunjukkan bahwa manusia dapat 

menerapkan prinsip analogi sebagai dasar berpijak yang dipakai baik oleh 

penyapa maupun pesapa untuk menentukan penafsiran konteks. Pengala­

man -pengalaman manusia yang mirip/sama merupakan dasar yang 

tersedia bagi kelancaran komunikasi -lihat pula Moeliono dan 

Oardjowidjojo,      -. Karena pengalaman kita tahu bahwa makna puasa 

'puasa' pada -   a- dan -   b- berbeda, bandingkanlah: 

-   - a. Bulan puasa rarne ku nu taraweh di masigit. 

'Bulan puasa rarnai oleh orang yang bertarawih di Mesjid' . 

-   - b. Sakali ieu mah puasa we teu kudu laJajo nu kitu! 

'Sekali ini, ya berhenti saja tak usah menonton -film- begitu!' 

Pada -   b- terdapat analogi makna puasa yang berani berhenti dari 

kegiatan, karena puasa pada -   a- menunjukkan 'berhenti dari makan dan 

minum serta kegiatan yang dilarang menu rut agama'; di sini analogi 

berhubungan dengan makna asosiatif. 

    .   Kohesi dan Koherensi 

Kohesi adaJah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan 

unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengenian yang apik 

atau koheren -Moeliono dan Dardjowidjojo,      -. Kohesi merujuk ke 

perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada 

umumnya wacana yang baik memiliki kedua-duanya. Kalimat atau kata 

yang dipakai bertautan; pengertian yang satu menyambung pengertian 

yang lain secara berturut-turut. Jadi wacana yang kohesif dan koheren 

merupakan wacana yang utuh. Keutuhan wacana merupakan faktor yang 

     


menentukan kemampuan bah as a dapat dilihat dari kedua wacana berikut, 

mana yang kohesif dan koheren -utuh-, mana yang tidak. 

-   - Indungna kungsi ngasuh indung kuring. Bapana purah nganteur­

keun bapa kuring, keur masantren di tegalgubug. Cenah, ari 

nganteuran bekel teh badarat aya dua poena. Dan can ilahar 

tutumpakan, harita mah -Sjarif Amin 'Nyi Haji Saonah',       -. 

'Ibunya pemah mengasuh ibu saya. Ayahnya yang selalu meng­

antar ayah saya, pada waktu menuntut ilmu di pesantren 

Tegalgubug. Katanya, bila -ia- mengantarkan bekal dengan ber­

jalan kaki sampai memakan waktu selama dua hari. Karena 

belum bisa naik kendaraan, pada waktu itu'. 

-   - Nganggapna ka indung kuring kumaha ilahama ka dunungan 

bae. Kuring masih jongjon nyerankeun nu leumpang dina 

galeng, basa indung kuring ngageroan reh. Ku kolot kuring 

diamprokeunana oge. Disebut misah imah teh teu jauh, meh 

paantel curem. 

'Anggapannya kepada ibu saya sarna halnya dengan kebiasaan 

seperti kepada majikan saja. Saya masih tetap mempertahatikan 

-orang- yang sedang beljalan di atas pematang, waktu ibu say a 

memangg il itu. Oleh ibu saya dipertemukan dengannya. 

Dikatakan berbeda itu, tidaklah jauh, hampir bertemu atap'. 

Wacana -   - dianggap wane ana utuh karena unsur kohesi yang di­

dapatkan pada wacana ini  mendukung keutuhan 'wacana, adanya 

pengulangan kuring 'saya' -pronomina I- pada kalimat    dan    sebagai 

posesif; dan pada kalimat berikutnya ada cenah 'katanya' sebagai kata 

yang anatoris, merujuk ke hal sebelumnya, dan partikel da sebagai 

pemarkah hubungan sebab. Proposisi pada kalimat pertama, kedua sena 

ketiga memiliki hubungan sebab dari pemaparan hubungan dan identitas 

seseorang. Kebalikannya, pada -   - antara kalimat pertama dengan kali­

mat berikutnya tidak ada pertalian, sebab tidak jelas hubungan kuring 

'saya ' -sebagai pronomina persona I atau sebagai posesif. Tidak. terdapat 

baik baik kohesi maupun pertautan peristiwa antara kalimat-kal imat yang 

mendukung wacana terse but, sehingga   e bih merupakan kalimat-kalimat 

lepas. 

     

Kohesi dan koherensi umwmya berpautan, tetapi tidak berarti bahwa 

kohesi harus ada agar wacana menjadi koheren. Mungkin ada percakapan 

yang di 'njau dari segi kata-katanya sarna sekali tidak kohesif, tetapi dan 

segi maknanya koheren. Perhatikanlah percakapan -    - terdahulu. Pada 

percakapan terse but bila dari hubungan katanya tidak tampak peraturan 

antara -    - A: Pa, telepon! dengan -    - B: Di kamar mandi! Akan tetapi 

kedua kalimat ini  koheren karena maknanya berkaitan. Hubungan 

-pertautan- itu karena kata-kata yang tersembunyi tiak diucapkan. Ka­

limat -    - B: Di kamar mandi ! sebenamya berbunyi "Maaf, beritahukan 

bapak sedang mandi, nanti telepon lagi!" atau 'Tolong beritahukan bapak 

sedang di kamar mandi, nanti telepon lagi!". Dalarn bahasa Sunda pun 

demikian pula, maka yang muncul sebenamya bila terdapat ekspresi 

seperti -    - B: ... ' sebenamya adalah "Ke, bapa keur di karnar mandi! 

'Sebentar, bapak lagi di kamar mandi!" atau "Wartoskeun, bapa di karnar 

mandi, engke bae nelepon deui kituh!" 'Beritahukan, bapak di karnar 

mandi, nanti -dia- telepon lagi!' atau 'Nanti, bapak lagi di kamar mandi, 

biar nanti bapak telepon dia!' 

Dalam bahasa Sunda kata atau partikel tertentu dugunakan untuk 

menjadikan wacana kohesif -memiliki pertautan bentuk- sehingga ter­

capai koherensi. Upaya ini  dapat berupa pronomina persona III ma­

nehna --na- 'ia' atau 'dia'; konjungsi tapi 'tetapi' dan sanajan dan sakitu 

'meskipun' -yang menunjukkan makna kontranstit-; nomina temporal 

seperti harita teh 'waktu itu' atau . saat i tu', dst. 

    .  Deiksis 

Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau 

konstruksi yang hanya dapat ditafslrkan acuannya dengan memper­

hitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu -hanya 

dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicara­

an- bersifat deiktis -Tata Bahasa Baku,      -. Kata deiktis berasal dari 

deiktikos -Yunani- yang berarti 'hal penunjukan langsung' -Kaswanti 

Purwo,      -. 

Dalarn linguistik kata itu dipakai untuk menggambarkan fungsi 

pronomina persona, pronomina demonstratif, fungsi waktu dan ber­

macam-macarn ciri gramatikal dan leksikallainnya yang menghubungkan 

ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalarn tindak ujaran -Lyons, 

     :    -. Di dalam wacana deiksis ini dapat membedakan eksofora 

     


-deiksis luar tuturan- dan endofora -deiksis dalam tuturan-. Deiksis dalam 

tuturan -endofora- dapat berupa katafora dan anafora. Baik pronomina 

persona, pronomina demonstratif, maupun waktu dan unsur gramatikal 

dan leksikallainnya -sepeni yang disebutkan Lyons,      - dapat menjadi 

upaya wacana, baik sebagai anafora maupun katafora -endofora- dan 

eksofora. Dikatakan eksofora bila referen -acuan- berada di luar tuturan, 

dan dikatakan endofora bila referen berada dalam tuturan -lihat pula 

Purwo,      -. 

Paham deiktis yang dikemukakan oleh Brech -     - mencakup 

wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan batasan tradisional -yang 

dikemukakan antara lain oleh Lyons,      -. Deiksis menurut pandangan 

tradisional adalah Iuar tuturan. -utterance-external-, menurut pendangan 

ini, yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara -pe­

nyapa-, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri -berbeda 

dengan subjek kalimat, yang dalam statusnya sebagai kata, merupakan 

salah satu unsur di dalam bahasa- -lihat pula Kaswanti Purwo,      -. 

Perluasan batasan deiksis yang tradisional itu menu rut Brecht me­

mungkinkan analisisnya, antara lain, masalah yang berhubungan dengan 

unsur sematan -embedded structure- dapat dicakup di dalam deiksis yang 

lebih luas. Perhatikanlah contoh berikut: 

-   - Mulia nyaaheun ka anak adina. 


'Mulia menyayangi anak adiknya'. 


bandingkan dengan 

-   - Mulia boga pikiran yen manehna nyaah ka anak adina. 

'Mulia berpikir bahwa dia menyayangi anak adiknya'. 

Pada -   -yang dibuktikan melalui sufiks -eun pada nyaaheun 'menya­

yangi' -diduga sufiks -eun bahasa Sunda ini sebagai pemarkah aspek 

subjek pengalami yang berperan objektif-. Pada -   - tercermin sikap 

pembicaraan yang memandang Mulia sebagai subjek kalimat. Dari kedua 

contoh kalimat bahasa Sunda ini dapat di bandingkan dengan contoh 

bahasa lain yang melibatkan sikap pembicara -modalitas-, demikian pula 

dalam contoh terlihat bahwa orientasi deiksis yang terbatas pada pem­

bicara -batasan tradisional- itu terlalu sempit. Interpretasi semantis 

deiksis yang lebih luas dapat mencakup dua kemungkinan titik orientasi 

suatu elemen deiktis di dalam konteksnya. 

     

Dalam struktur bukan sernalan lilik orientasi berada di dalam konteks 

di luar bahasa. Dalarn slruklur sernalan -pelesapan-, lilik orientasi berada 

di dalam kalirnal -wacana- ilu sendiri. Deiksis luar turunan rnenurut 

Brecht disebut eksofora -exophora-, deiksis dalarn-tuturan rnenurut 

Brecht disebut endofora -endophora- yang terdiri atas anafora dan 

katafora. Pengenian anafora yang menu rut pandangan tradisional anafora 

rnencakup baik pengacuan pada konstituen di sebelah kiri rnaupun pada 

konstituen di sebelah kanan,. Menurut Buhler -      -, dikUlip oleh Lyons 

-     - pengacuan pada litik tolak di sebelah kiri, disebut anafora, 

sedangkan pengacuan pada titik tolak di sebelah kanan disebut katafora 

-cataphora-. Perhatikanlah contoh berikut. 

-   - Pa Lurah ningal waktos anjeunna ka Iebet. 


'Pak Lurah rnelihat waktu ia rnasuk'. 


badingkanlah dengan 

-    - Saparantos anjeunna liren, Juragan Camat teh rnulih 

'Sesudah ia berhenti, Juragan Carnat itu pulang ke Cisarua'. 

Persyaratan bagi suatu konstituen untuk dapat disebut anafora atau kata 

fora ialah bahwa konstituen itu harus berkoreferensi -rnerniliki referen 

yang sarna -secara luar tuturan- dengan konstituen yang diacu. Dalarn 

kalirnat -    - anjeunna 'ia' mernpunyai referen yang sarna dengan Jura­

gan Camat; dernikian juga pada -   - Pa Lurah 'Pak Lurah' rnerniHki 

acuan yang sarna dengan anjeunna 'ia'. Perhatikanlah pronornina persona 

manehna 'ia' atau 'dia' yang kadang-kadang rnenjadi -na sebabai anafora 

di dalarn paragraf wacana berikut. 

-    -Geus pada nyaho yen Pa Erned urang Babakan teh pohara 

beungharna. Hana bandana salieuk beh. Najan kitu, teu aya nu 

kabita hayang nurutan hirup kawas manehna. Kurnaha atuh, 

dan neunghar oge Pa Erned rnah henteu dipake. Papakean teu 

sirikna asal nyangsang. Keur langka ganti teh jeung ledrek 

deuih. Langka diseuseuh dalebar meuli sabun. Barangdahar 

sakasarnpeurna. Munkapaksa kudu barangbeuli, rnilih anu 

sakirana babari seubeuh. Lain ngarah ngeunah atawa rnatak 

sehat kana awak -Mangle Alit no.     -. 

     


'Sudah diketahui umum bahwa Pak Emed yang tinggal di 

Babakan itu sangat kaya. Harta bendanya banyak sekali. Akan 

tetapi, tidak ada seorang pun yang ingin mencontoh hidup 

seperti dia. Apalagi, meskipun Pak Emed banyak kekayaannya 

tetapi tak dinikmatinya. Pakaian yang dipakainya asal saja ada. 

Tambahan pula jarang mengganti pakaian dan pakaian yang 

dipakai pun kumal . Jarang dicuci karena mengint sabun cuci. 

Makannya pun seadanya tidak teratur. Kalau terpaksa harus ber­

belanja -makanan- -ia- memilih apa yang dikiranya mudah 

mengenyangkan. Bukannya untuk makan atau enak atau supaya 

sehat'. 

Pada -    - kita perhatikan bahwa -na dapat berfungsi sebagai a:nafora 

terhadap pronomina -nama din- Pa Emed -kalimat I dan   -; sedangkan 

manehna 'ia' -yang dapat menjadi enklitik -na- berfungsi sebagai ka­

tafora yang referennya -antasedennya- Pa Emed pada kalimat - -. Di 

sam ping itu dalam wacana ini  digunakan kohesi lain, misalnya, 

penguJangan leksem: langka 'langka' dan kalimat enam pada kaiimar 

tujuh. Pada kalimat kedelapan muncul lagi -na -sakirana .seandainya '- 

yang memiliki koreferensi yang sarna -Pa Emed- . Dengan demikian, 

wacana ini  dapat dikatakan kohesif dan koheren; dengan kata lain 

memiliki pertautan bentuk dan pertautan malma. 

    .  Endofora dan Eksofora 

Seperti dinyatakan terdahulu bahwa ke dalam endofora tennasuk 

anafora dan katafora. Endofora sendiri adalah deiksis dalam tuturan 

-acuan atau referensinya ada dalam tuturan- sedangkan eksofora adalah 

deiksis luar-tuturan -referensinya luar-bahasa-. Salah satu akibat dari 

penyusunan konstituen-konstituen bahasa secara linear adalah ke­

mungkinan adanya konstiruen tertentu yang sudah disebutkan sebclum­

nya disebut ulang pada penyebutan selanjutnya, entah itu dengan 

penyebutan pronomina -I- entah bukan. Kedua konstituen itu karena 

kesamaannya lazim dikatakan sebagai dua konstituen yang berkore­

ferensi. 

Dua konstituen atau lebih yang berkoreferensi disebut anafora. 

Hankamer dan Sag -     - menyebutkan bahwa ada dua macam anafora. 

yakni sUrface anaphora -anafora permukaan- deep anaphora -pragmati­

     

. cally controlled -deictic- anaphora-. Pada sUrface anaphora -anafora 

pennukaan atau lahir- pronomina -  - berkoreferensi dengan antesedennya 

-hadir dalam kalirnat ini -, sedangkan pada deep anaphora -anafora 

dala- tidak ada konstituen sebelurnnya yang rnendahului -lidak ada kons­

tituen fonnatif yang rnendahului-. Konstituen yang hadir rnenunjuk paa 

orang lertentu yang sarna-sarna diketahui baik olch penyapa rnaupun 

pesapa. Kaswanti Purwo -     - rnenyebutkan bahwa anafora dalam iru 

lcrmasuk eksoforis -rnenunjuk pada hal yang di luar bahasa-. Perhalikan­

lah contoh berikut: 

-    -Rusdi nitipkeun adina ka urang kOla. 


'Rusdi rnenilipkan adiknya kepada orang kOla'. 


bandingkan dengan 

-   -' Ip"Manehna ngornong yen kuda rnaneh teh kabur. 


'¢ Ia berbicara bahwa kuda kamu itu lepas'. 


Pada kalirnal -    - -na berkoreferensi dengan Rusdi -sebagai anteseden-; , 

kasus inilah yang disebut permukaan -surface anaphora-; dan pada -   - 

disebut deep anaphora karena tidak ada konsliluen -kalirnat- yang rnen­

dahuluinya -¢- dan ini disebut eksofora -konstituen luar-bahasa-. 

Manehna 'ia' pada -   - tidak rnengacu kepada konstiruen fonnatif yang 

disebutkan sebelurnnya, rnelainkan rnenunjuk pada orang tenentu yang 

sudah diketahui bersarna -penyapa-pesapa-. 

KJitik -na pada -    - rnengacu pada Rusdi -anteseden atau konstituen 

di sebelah kirinya- merupakan bentuk anafora. Bentuk yang rnengacu 

pada konstituen di sebelah kanannya disebut katafora. Konstituen ka­

laforis antesedennya berada di belakang, antara lain upaya yang diguna­

kan di dalam bahasa Sunda berupa: kieu -geura- 'begini -sebenamya-', 

saterusna 'selanjutnya', saperti di handap ieu 'seperti di ba wah ini' . 

Perhatikanlah data berikut. 

-   - Kieu -geura-: kudu diajar rikrik gemi, ulah ngarasa ateul ari 

nyekel duit teh, ulah kabongroy ku barang mewah. 

'Begini -sebenarnya-: harus belajar hernat, jangan merasa gatal 

kalau pegang uang, jangan tergoda oleh barang rnewah'. 

      


Bandingkan dengan contoh berikut. 

-   - Na aya panas mani nongtoreng kieu! 


'Aduh, panas sampai menyengat begini!. 


Pada -   -. kieu -geura- 'begini' berkoreferensi dengan konstituen 

berikutnya -kataforis-, sedangkan pada -   - kieu berkoreferensi dengan 

konSlituen sebelumnya, yakni panas sebagai anteseden -anaforis-. 

Pemarkah anafora dapat dibedakan antara bentuk tunggal dan jamak, 

antara manehna atau manehanana 'ia' atau 'dia' -tunggal- dan 

maranehna ataumaranehanana'mereka'. Di dalam bahasa Sunda di­

dapalkan pula perbedaan antara pronomina halus dan kasar, sepeni 

pronomina III manehna atau manehanana -tunggal- dan jamak aranjeun 

atau aranjeunanana 'mereka'. Bentuk pronominal --na- di dalam bahasa 

Sunda dapat menjadi pemarkah katafora bila didapatkan dalam kons­

truksi posesif dan sebagai nominalisator dari verba, seper:ti pada data 

berikut: 

-   - Dina omonganana mah, Tata teh siga nu enya bageur. 

'Dalam kata-katanya itu, Tata seperti yang benar-benar baik'. 

bandingkan dengan 

-   - Meunangna sabaraha atuh, silaing teh? 


'Dapatnya itu berapa, kamu? 


Pada -   - -ana sebagai alomorf dari -na '-nya' sebagai katafora yang 

berkoreferensi dengan anteseden Tara -nama diri-, dcmikian dalam kon­

struksi -   - Verba + -na dengan -na sebagai nominalisator dan sebagai ­

na kataforis yang berkoreferensi dengan konstituen kuring 'saya' 

-pronomina J-; demikian pula pada -   - -na '-nya' berkoreferensi dengan 

silaing 'kamu' -pronomina II-. Konstruksi -   - dan -   - adalah kon­

struksi yang lazim di dalam sistem gramatika bahasa Sunda. Dengan 

demikian - na sebagai katafora di dalam bahasa Sunda dapat berkore­

ferensi dengan pronomina persona II -manehna atau maranehanana 'ia' 

atau 'dia'-, persona II -silaing'kamu'-, persona I -kuring saya'-. Peneliti­

an khusus pronomina sebagai anafora dan katafora memerlukan ruang 

dan waktu yang Iebih lama. 

     I 

Di dalam bahasa Sunda dapat pula ditemukan afiks teI  entu yang 

menunjukkan baik anafora dan katafor.t, seperti pada: 

-  - Siga nu eraeun, buak teh ngan imut jeung tungkul bae. 

'Seperti yang malu, anak itu h anya senyum dan tunduk saja'. 

-   - Na bet eraan kitu maneh teh atuh? 


'Mengapa malu-malu, kamu itu? 


-   - Tong dikitukeun, bisi eraeun manehna! 


'jangan -dibuat- demikian, takut ia malu!' 


KonSlruksi -  -, -   -, dan -   - memiliki afiks yang berfungsi sebagai 

pemarkah kataforis, pada -  - sufiks -eun berkoreferensi dengan budak 

teh 'anak itu'; pada -   - scfiks -an -kataforis- berkoreferensi Jengan 

maneh 'kamu'; dan pada -   - sufiks -keun berkoreferensi dengan 

manehna 'ia' atau 'dia'. Kontruksi -   - dan -   - sering mempengaruhi 

ragam lisan bahasa negara kita  di Jawa Barat, antara lain dengan muncul­

nya konstruksi bahasa negara kita  sepeI  i terjemahan -   - dan -   - -sering 

pula muncul dalam interferensi morfemis, misalnya, "Takut malueun", 

apakah sufiks --eun 'interferen' morfemis di dalam bahasa negara kita  ini 

dianggap sebagai katafora, jelas menuntut pemahaman lebih lanjut-. 

SepeI  i dinyatakan terdahulu bahwa afiks bahasa Sunda ini  

dapat bersifat anaforis, bandingkanlah data berikut. 

-   - Si Asjum mah tara daekeun indit ti peuting sieuneun. 

'Si Asjum itu tak pemah mau pergi malam hari sebab -ia- takut'. 

-  - Tata mah tara eraan, budak sonagar pisano 

'Tata itu tak pemah malu-malu, anak pemberani sekali'. 

-  - Jigana Rusdi mah eraeun, matak teu unggah ka imah oge. 

'Rupanya Rusdi itu maIu, oleh karena itu -ia-tidak naik ke 

rumah'. 

-  - Maneh mah geus dikitukeun teh masih keneh daek bae. 

'Kamu itu sudah dibegitukan itu masih mau juga' . 

       

Pada -   - sufiks -eun berkoreferensi dengan Si Asjum -pronomina 

persona - nama din-, pada -  - sufiks -an berkoreferensi dengan Tara 

-nama din-, pada -  - sufiks -eun yang berkoreferensi dengan Rusdi 

-nama din-, dan pada -  - sufiks -keun yang berkoreferensi dengan 

pronomina persona n maneh 'kamu'. 

Dalam bahasa Sunda pronominal sebagai pemarkah katafora tidak 

ada bila menduduki subjek, seperti pada contoh -  - pronomina III ma­

nehna 'ia' atau 'dia' tidak berkoreferensi denagn Rusdi -nama diri- 

melainkan dengan konstruksi 

-  - Lamun manehna daekeun mah, Rusdi teh geus deui jadi menak. 

'Bila ia mau, Rusdi itu sudah menjadi menak'. 

bandingkan dengan 

-  - Manehna teh geus deui jadi menak, Iamun Rusdi daekeun mah. 

'Ia itu sudah menjadi menak, bila Rusdi mau -mengawininya-'. 

Baik manehna pada -  - maupun pada -  - menunjuk pada persona ber­

jenis kelamin perempuan, hanya bedanya pada -  - bila perempuannya 

yang mau, sedangkan pada -  - bila Rusdi -nama din laki-laki- yang 

mau mengawininya. 

Pronomina demonstratif bahasa Sunda dieu 'sini', ditu 'situ' dan 

dinya 'sana' sebagai leksem yang menunjuk ruang -lokatif- dapat ber­

gabung dengan preposisi di 'di', Ii 'dari', dan ka 'ke', perhatikanlah: 

dieu 'sini' - ditu 'situ' - dinya 'sana' 

selain itu didapatkan pula: 

~i }tl ieu 'ini' ,- itu 'itu' - eta 'itu' -agak dekat- 

ka 

Preposisi lain di samping di, ka, dan ti, di dalam bahasa Sunda 

ditemukan pula: 

       


dina'di' 

tina 

'dari' - lokasi spesifik atau dengan alat spesifik 

kana "ke' atau 'pada' 

Bandingkan dengan: 

di nu 

ti nu - lokasi spesifik atau orang yang melaksanakan 

ka nu peristiwa spesifik 

Pronomina lokatif digunakan pula sebagai pronomina orang, dieu -df 

dfeu- sebagai pronomina persona I, dinya -di dinya- sebagai pronomina 

II, dan ditu -di ditu- sebagai pronomina III, ieu, dapat menjadi pennarkah 

eksoforis untuk benda dan dapat pula sebagai pemarkah eksoforis dari 

pronomina persona I, dan baik ieu maupun itu dan eta dapat mengacu 

kepada pronomina persona bila bergabung dengan si 'si'. Bandingkan 

contoh berikut 

-  - Di dfeu mah rek nurutan di dinya bae, lamun nu di ditu teu milu. 

'Di sini sih mau ikut di sana saja , bila yang di situ tidak ikut'. 

-  - Keun, ku 

ieu bae nu nungguan imah mah!

'Biar, oleh sini saja yang menunggui rumah itu!'

-   - Tong milu ka si eta bisi teu meunang ku sf ftu! 

'jangan ikut -ke- si itu takut tidak boleh sama si itu'!. 

Deret preposisi dina, kana, tina -preposisi spesifik-lihat Djajasudarma,

     - tidak berfungsi sebagai deiktik yang bersifat endoforis maupun

eksoforis. Deret preposisi df nu 'di yang', ti nu 'dari yang' dan ka nu

'ke-pada- yang , dapat berfungsi eksoforis, berkoreferensi dcngan kon­

stituen luar-bahasa mengacu pada orang yang melakukan atau menga ­

lami peristiwa.

Bandingkanlah:

-   - 

Di nu hajat teh rame ku tatabeuhan. 

'Di yang pesta itu ramai dengan tabuhan -bunyi-bunyian-'. 

'Di tempat pesta itu ramai dengan tabuhan'. 

      


Bandingkan dengan yang endofora: katafora -   - dan anafora -  -, 

sebab -   - di nu hajat -eksofons- mengacu atau berkoreferensi dengan 

luar tuturan 'orang yang melakukan pesta'. 

-   - Siti mah aya di nu hajat. Mang Ola putra Pa Lurah Horrnal. 

'Siti itu ada di yang pesta. Mang Ola anak Pak Lurah Mantan'. 

'Sedangkan Siti berada di -tempat- yang pesta, Mang Ola anak 

Pak Lurah Mantan· . 

-  - Basa di Mang Ola. di nu hajat tea loba kaolahan nu araneh. 

'Waktu di -tempat- Mang Ola, di -tempat- yang pesta itu. ba­

nyak masakan yang aneh-aneh'. 

Pada -   - di nu hajat berkoreferensi ke kanan dengan Mang Ola, 

sedangkan pada -  - di nu hajat berkoreferensi ke kiri -sebelumnya- yang 

bersifat anaforis. 

Konstruksi frase yang bersifat eksoforis dapat teIjadi pula pada: 

-  - Kuduna mah di nu hajat teh loba nu ngabantuan. 

'Seharusnya di -tempat- pesta itu banyak yang membantu' . 

-  - Kuring mah tas ti nu hajat kalah ka lapar keneh. 

'Sedangkan saya sudah dari yang -mengadakan- pesta, malah 

lapar' . 

-  - Abdi sarimbit bade ka nu hajat di Garut. 

'Saya dengan istn -suami- akan -pergi- ke yang -mengadakan- 

pesta di Garut. 

Preposisi dina. tina. dan kana yang tidak deiktis mcngacu pad a arah yang 

spesifik. scperti pada: 

-  - A: Kana naon tadi maneh ti ditu? 

'Naik apa tadi kamu, dan sana?' 

B: Kana beca' 

Naik beca'. 

A: Sok teundeun babawaan teh dina meja! 

'Simpanlah bawaan -mu- itu di atas meja!' 

      

B: 

 Oupi ieuraksukan juragan simpen di mana?

'-Kalau- ini pakaian juragan -tuan- simpan di mana?'

A: 

 Teundeun bae kana lomari tong dina dipan bisi kakotoran! 

'Simpan saja ke dalam lernari jangan di atas bangku, nanti ter­

kotori! ' 

B: 

 Tos tina mobil teras kana beca mani asa cangkeul raraosan teh. 

'Sesudah naik mobil lalu naik beca, alangkah pegalnya'. 

Preposisi dina, tina, dan kana tidak bisa disulih dengan di, ti, dan ka, 

meskipun sarna menunjukkan preposisi direktif. Pembicara dalarn pcr­

cakapan ini  berbagai topik yang sarna, yang senang dibicarakan, 

pada wacana -  - topilmya ada dua bagi A kedatangan B, sedangkan bagi 

B tentunya tentang perjalanan dengan kendaraan. 

    .  Topik, Tema, dan Judul 

Sehubungan dengan wacana yang utuh -baik- lazimnya memiliki 

topik, yakni proposisi yang berwujud frase atau kalimat yang menjadi inti 

pembicaraan atau pembahasan. 

OaJam percakapan, para pembicara dapat berbicara sebuah topik, 

masing-masing berbicara tentang topilmya sendiri, atau mereka berbagai 

topik yang sedang dibicarakan, wacana ini  bertopik tunggal -Lihat 

Moeliono dan Oardjowidjojo,      -. 

Oi dalarn wacana yang benopik tunggal ini seolah-olah kawan bicara 

mengikuti arah pembicara -bisa bersifat melayani atau basa-basi atau 

memang benar-benar tertarik dengan topik ini -. Wacana lain dapat 

pula dengan hal yang berlainan,pembicara sibuk dengan pengalarnannya 

masing-masing. Percakapan lain dapat berupa wacana yang mengandung 

topik berbeda, artinya setiap pembicara memiliki ropik sendiri·, dan ropik 

biasanya dihubungkan denagn bagian ujaran yang diungkapkan oleh 

pembicara terdahulu, makna dalam 'wacana' ini tidak jelas. Bandingkan­

lah wacana berikut 

-  - 

Aman: Abdi sadaya mios ka Cipanas minggu pengker. 

'Saya semua pergi ke Cipanas minggu yang lalu'. 

Va: Atuh pinuh meureun, da poe pere, nya? 

'Pasti penuh, mungkin, hari libur kan, Ya?' 

      


Aman: Ngawitanana mah muhun kitu, nanging ka siangnakeun 

mah 

'Mula-mulanya ya, memang begitu, tetapi semakin 

siang' seueur nu marulih, sareng eta hujan deuih. 

banyak yang pulang, lagi pula hujan turun'. 

Ua Ah, atuh teu resep nyaba teh, huhujanan mah. 

'Aha, pasti tidak senang bepergian itu, berhujan-hujan'. 

Bandingkanlah dengan -  - yang memperlihatkan para pembicara yang 

sibuk dengan pengalamannya masing-masing. Para pembicara di dalam 

hal ini berbagi topik, tentang rekreasi. Bandingkan dengan -  - wacana 

bertopik tunggal kawan pembicara hanya mengikuti arah pembicaraan 

Aman dengan topik pergi ke Cipanas' . 

-  - Risa: Minggu pengker abdi ka Jakarta. 

'Minggu lalu say a ke Jakarta'. 

Guru: Bapa oge ka Surabaya. 

'Bapak juga ke Surabaya'. 

Risa: Abdi ka tempat-tempat rekreasi, seueur oge nu sarum­

pingna. 

'Saya ke tempat-tempat rekreasi , banyak juga pengun:. 

jungnya'. 

Guru: Bapa ningali palabuan di Surabaya anu sakitu ramena. 

'Bapa melihat pelabuhan di Surabaya yang sangat ramai 

itu'. 

Risa: Abdi mah resep nuju di Taman Mini negara kita  Indah. 

'Saya senang waktu di Taman Mini negara kita  Indah'. 

Pada -  - pembicara mengungkapkan pengalamannya sendiri-sendiri, 

tetapi masih ada sedikit koherensi, yang diucapkan Risa selalu dijadikan 

bandingan oleh Guru. Wacana berikut -   - berupa percakapan pembicara 

mempunyai topik sendiri-sendiri. Topik itu dihubungkan dengan salU 

bagian ujaran yang dinyatakan oleh pembicara sebelumnya, makna 

dalam 'wacana' lidak jelas. 

-   - Risa: Pa, ieu teh potret Bapa waklos di Luar Negara? 

'Pak, ini fOlO Bapak waktu di luar Negeri?' 

Apana: Ka Luar Negeri teh kudu loba duit, kakara sugema. 

'Ke Luar Negeri harus ban yak uang, baru memuaskan'. 

      


Risa: Sagala barang ge aya di Luar Negeri mah. 

'Segala macam barang ilU ada di Luar Negcri' . 

Apana: Teknologi canggih teh ayana di Luar Negeri. 

'Teknologi canggih itu berada di Luar Negeri' . 

Risa: Itu apa difoto sareng manuk mani seueur kiru ' 

'Bapak difoto bersama burung-burung yang sangat 

banyak iru'. 

Dari segi benruk wacana -   - ini  memiliki kohesi yang baik karena 

ujaran berikutnya seolah-olah menyatakan sesuatu yang disebutkan se­

belumnya. , 

Tetapi karena ujaran itu tidak membicarakan topik yang dikemukakan 

sebelumnya, terjadilah ketidakselarasan isi wacana. 

Pikiran pembicara jalan sendiri-sendiri . Wacana ini  kohesif tetapi 

tidak koheren. 

Sebuah topik dalam wacana terasa tcralihkan ke topik yang lain, 

sepeni pada -   -. Kalimatnya sering didahului oleh wacana "penanda alih 

topik" -lihat Moeliono dan Dardjowidjojo,      -.Penanda alih topik 

dalam bahasa Sunda, antara lain, oh enya, eta taeun, eta tea, sauma '   

ya', 'itu itu','itu itulah', 'katanya'. Perhatikanlah data berikul. 

-   - A Isukan aya rapat jurusan, nya? 

'Besok ada rapat jurusan, kan?' 

B Sumuhun pa, tabuh     .  . 

'Ya pak, pukul     .  '. 

A Eta bahanna pengmereskeun, kaasup absen dosenna anu 

kudu ditanda bisa dipariksa, oh enya surat cuti mahasiswa 

kade kudu dianggeskeun! 

'Bahannya tolong siapkan, termasuk absen dosennya 

yang harns ditandatangani takut diperiksa,   ya surat cuti 

mahasiswa harus diselesaikan!' 

B Mangga Pa, saurna Pa Odi teu tiasa sumping ku margi 

aya kaperyogian, angkat ka Tasik. 

'Ya Pak, katanya Pak Odi tidak dapat hadir karena ada 

keperluan, berangkat ke Tasik' . 

Pada wacana ini  dapat diperhatikan, pada waktu A berbicara tentang 

absen dosen teringat akan masalah surat cuti mahasiswa. Untuk me­

      


mindahkan 'topik surat cuti mahasiswa, A memakai upaya -device- alih 


topik oh enya 'oh ya'. 


Demikian juga B mengalihkan topik pembicara dengan upaya saurna

'katanya'. 


Berbeda dengan topik , tema lebih luas lingkupnya, dan biasanya 

lebih abstrak. Tiap topik dapat dijabarkan menjadi berbagai judul yang 

sifatnya lebih sempit dan menjurus. Dalam membicarakan tentang naik 

haji, tema dapat dibagi-bagi menjadi bebcrapa topik' seperti -  - Nganteur 

Nu Ka Mekah 'Mengantar Orang Yang Pergi Ke Mekah', -  - 

Mapagkeun . Nu Ti Mekah 'Menjcmput Orang Yang Pulang Dari 

Mekah', -  - Haji Kapal Laut ' Haji Kapal Laut' -Naik Haji Dengan Kapal 

Laut-, dan sebagainya. 

Tiap topik dapat dijabarkan lagi menjadi berbagai judul yang sifamya 

lebih mcnjurus . Dan topik -  - antara lain dapat muncul judul-judul -a- 

Tatahar Rek Nganteur Naek Haji ' Pcrsiapan Akan Mengantar -Orang- 

Naik Haji', -b- Pahala Nganleur Nu Ka Mckah 'Pahala Mengantar Orang 

Yang Akan Ke Mckah -Naik Haji-', -c- Umroh Jeung Naek Haji 'Umroh 

Dan Naik Haji', dan sebagainya. Topik merupakan sesuatu yang dibicara­

kan, biasanya terdapat dalam beberapa klausa atau dalam beberapa 

kalimal yang berturut-turut. 

Dalam klausa yang tidak benanda, atau klausa netral, ropik sarna 

dengan subjek, letapi subjek selalu merupakan gejala pada tingkat klausa. 

Subjek merupakan Nomina -Frase Nomina-  - dalam klausa yang 

memiliki hubungan sintaktik-semantik yang khusus dengan kata -frase- 

predikat. Topik yang ditandai dengan bentuk linguistik dalam klausa 

yang lidak nelral, dapat berupa bukan subjck. Klausa yang berpemarkah 

dalam bahasa Sunda, ialah klausa dengan topik yang memiliki hubungan 

genetif dengan subjek, Perhatikanlah data berikut. 

-   - Kueh teh rasana teu ngeunah. 


'Kue itu rasanya tidak. enak'. 


Pada kalimat -   - kueh teh 'kue itu' adalah topik, dan rasana 'rasanya' 

adalah subjek daJi predikat teu ngeunah 'tidak. enak.' . KaJimat ini  

dapat diubah tanpa perubahan makna konilif, rasana berani rasa dan kue 

itu. 

-  - Rasana kueh teh teu ngeunah. 


'Rasanya kue itu tidak enak.'. 


      


Data berikut menunjukkan bahwa LOpik bukan subjek kalimat. 

-  - Universitas Padjadjaran, umuma geus      taun. 


'Universitas Padjadjaran, umumya sudah      tahun'. 


Topik dalam kalimat ini  -  - adalah Universitas Padjadjaran, 

sedangkan umurna 'umumya' adalah subjek perdikat sudah      tahun. 

Umuma berarti umur Universitas Padjadjaran. Kalimat ini  dapat 

diubah tanpa perubahan makna kognitif. 

-  - Umuma Universitas Padjadjaran      tahun. 


'Umur Universitas Padjadjaran      tahun'. 


Klausa yang berpemarkan hubungan genetif dengan subjek ini  

sering muncul di dalam bahasa Sunda -frekuan munculnya- bila di­

bandingkan dengan topik yang bukan klausa yang memiliki hubungan 

genetif. Perhatikanlah data berikut. 

-  - Hayam broiler, carana ngurus kieu. 


'Ayam broiler, caranya memelihara begini'. 


KJausa terse but dapat diubah menjadi klausa dalam urutan netral. Perhati­

kan data berikut. 

-  - Carana ngurus hayam broiler Kieu. 


'Caranya memlihara ayam broiler begini'. 


Topik klausa pada -  - hayam broiler 'ayam broiler', dan topik pada 

klausa ini  menjadi komplemen dari verba ngurus 'memelihara', dan 

subjek verba ini  menjadi tindakan bersifat eksoforis -di luar klausa 

ini -. 

Oleh karena itu, klausa ini  dapat diubah dalam urutan netral 

-tindak mempenimbangkan hubungan tenenru-. 

Topik tidak sarna dengan judul; topik merupakan pokok yang akan 

diberikan atau masalah yang hendak dikemukakan di dalam wacana atau 

gagasan tenentu; judul adalah nama wacana atau gagasan yang akan 

dikemukakan -dalam karya ilmiah: nama karya ini , itulah judul-. 

Pemilihan topik merupakan salah satu faktor dalam penyusW  an sebuah 

wacana -karya-. 

      


    .  Refensi dan Inferensi Kewacaan 

Tiga macam referensi yang ada dalam bahasa ialah dengan nama diri, 

pronomina persona, dan dengan penghilangan. Kita dapat menemukan 

unsur seperti pelaku perbuatan, penderita perbuatan, pelengkap perbuat­

an, perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, dan tempat perbuatan, di 

dalam wacana lisan dan tulisan. Unsur ini  sering diulang unluk 

memperjelas makna, dan sebagai acuan -referensi-. Referensi di dalam 

bahasa Sunda dengan nama diri digunakan untuk memperkenalkan topik 

baru atau untuk menegaskan bahwa topik masih sama. Biasanya topik 

yang sudah jelas dihapus . Dalam kalimat yamg panjang biasanya yang 

muncul hanya beberapa predikat dengan subjek yang sama dan menjadi 

topik juga. Subjek biasanya hanya disebut satu kali pada permulaan kali­

mat lalu tidak disebut lagi . Data berikul menunjukkan bila dalam wacana 

tersebul terdapat topik dengan beberapa predikal, topik tidak selamanya 

ada di depan -pcrrnulaan kalimat-. Topik dapat dilelakkan sesudah pre­

dikat pertama. Bandingkanlah conloh berikut. 

-  - Isukna Dipati Anom ngaso dina mumunggang, jut lungsur 

tina kuda nyawang ka lebahan karaton susuganan aya nu rek 

rekanan jangji pasini . Lila pisan anjeunana ngadeg hadapeun 

tangkal .... 

'Keesokan harinya, Dipati Anom berislirahal di Puncak, turun­

lah -ia- dari kuda memandang ke arah karaton bila ada bila ada 

yang akan memenuhi janji. Lama sekali beliau berdiri di bawah 

pohon .. .'. 

Bandingkan itu dengan contoh berikut. 

-  - Dina sajeroning ngimpen Dipali Anom ningali srangenge lujuh 

di langit nyorol ka jero lajug, cahayana hurung mancur nya­

angan salirana. 

' Dalam mimpi ilu Dipali Anom melihat matahari sebanyak 

tujuh buah dilangit, sinamya menembus tajug, cahayanya 

menyala memancar menerangi tubuhnya'. -tajug*: dangau 

tempal sembahyang- 

-dari 'Mataram Bedah' saduran 

dari Babad Tanah Jawi- 

       


Perhalikanlah, bila LOpik lama dileruskan, Iopik ilu tidak disebut lagi pada 

pennulaan kalimat baru, seperti pada data berikut. 

-   - 

 Keur kitu torojol aya budak lalaki sakembaran kasep 

ngalenggereng koneng, papakcanana murub mubyar nyampeur­

keun .... 

'Saat demikian, datanglah anak laki-laki kembar bcrparas elok 

berperawakan kuning, berpakaian gemerlapan mendekati ... '. 

Topik dan subjek kJausa pertama dalam kalimat -   - iru adalah Didapari 

Anom, yang menurur kalimar sebelumnya Dipati Anom berrnimpi lihal 

-  -. 

Pronominalisasi di dalam bahasa Sunda dipakai pula untuk menegas­

kan bahwa lopik rcrap sama atau untuk meletakkan tingkat fokus yang 

lebih tinggi pada topik iru. Perhatikanlah data berikuL. 

-   - Sanggeus kumpul tuluy 

Dipari Anom diistrenan jumeneng 

Sultan, jenenganana Susuhunan Mangku Rat Senapati ing 

Alaga Ngabdurrachman Sajidin Panatagama. 

'Sesudah berkumpul lalu Dipati Anom diresmikan menjadi 

Sultan, namanya Susunan Mangku Rat Senapati ing Alaga 

Ngabdurrachman Sajidin Panatagama' . 

-Saduran dari Babad Tanah Jawi- 

Bahwa Dipari Anom sebagai topik dalam kJausa ini , tanpa meng­

gunakan anjeunna 'beliau'. Karena iru dari segi topik, maka pronomina 

iru tidak diperlukan, tetapi kalau dihilangkan berarti bahwa topik me­

rupakan infonnasi yang kurang penting sebagai unsur kesatuan yang 

suplementer. Kalau pronomina dipakai dapat dijadikan kesaruan antisi­

paton -terdahuli-. Bila topik itu tanmahluk, pronomina demonstratif 

digunakan sebagai referensi -pengacuan-, dan kadang-kadang pronomina 

demonstratif -ieu "ini', era 'itu' -agak dekat-, dan itu ' iru'- digunakan 

untuk referen manusia, biasanya bergabung dengan si 'si atau dengan ku 

'oleh' Bandingkanlah data berikut. 

-   - 

 Boh si iru, boh si era, sarua bae papada bengal . 

'Baik si itu maupun si itu sarna saja keduanya jahat'. 

dengan 

       


-  - Eta kabeh bagian si ieu.

'Itu semua bagian si ini' . 


Perhatikanlah bahwa pada -   - mcngaeu pada manusia, sedangkan pada 

-  - eta kabeh 'itu semua' unsur eksoforis yang mengaeu pada benda atau 

pekerjaan -tidak pada mahluk- dan pada -  - si ieu 'si ini ' menunjukkan 

referensi mahluk, dapat sebagai pronomina I bila diujarkan langsung oleh 

pembieara; sebagai pronomina II bila diujarkan oleh partisipan ujaran 

dengan fungsi sebagai pronomina· demonstratif -orang yang ditunjuk 

pembieara-. 

Inferensi terjadi bila proses yang harus diJakukan oleh pendengar 

atau pembaea untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat 

di dalam waeana yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. 

Perhatikanlah waeana berikut. 

-  - Ema. kuring teh teu boga baju. nu hiji geus butut. nu ieu 

potonganana teu pantes, kumaha nya? 

'Emak, saya ini tak punya baju, yang satu sudah jelek. yang ini 

modelnya tak pantas, bagaimana ya? 

Pada -  - jelas tidak ada pemyataan bahwa anak ini  meminta dibeli­

kan baju baru pada cmaknya. Tetapi sebagai pesapa -kawan bieara- kila 

harus dapat mengambil inferensi apa yang dimaksudnya . Pengambilan 

inferensi dapat memakan waktu lebih lama, dibandingkan dengan 

penafsiran seeara langsung -tanpa memerlukan inferensi-. Hal tersebu- 

membuktikan bahwa ada sesuatu yang tidak disampaikan pada pembaea 

atau pendengar -lihat Tala Bahasa Buku Bahasa Idonesia.      -. 

Bandingkanlah data -  - dan -  - berikut. yang memerlukan watak agak 

lama untuk menafsirkannya adalah -  -. karena perlu waktu untuk in­

ferensi -penyimpulan-. 

-  - a. Maranehna geus maruka bungkusan.

'Mereka sudah membuka bungkusan' . 


b. Sanguna geus tiis. 

'Nasinya sudah dingin' . 

dengan 

-  - a. Maranehna geus maruka berekat. 

'mereka sudah membuka "berekat" -makanan dari pasta-' 

       


b. Sang una geus tiis. 


'Nasinya sudah dingin' . 


Pada -  - hubungan makna bungkusan dan sangu 'nasi' agaknya melalui 

tahapan, karena bungkusan mencakup segala macam baik makanan 

maupun benda lain, sedangkan pada -  - hubungan semantis antara bere­

kat 'makanan dari pesta' dengan sangu 'nasi' dapat   ebih dirasakan. 

Lihatlah gambaran berikut. 

-  - c. 


bungkusan 


barang-barang se jenna 

'benda-benda lain' 

sangu deungeunna kueh 

'nasi' 'lauk-pauk' 'kue' 

-  - c. 

berekat 

deungeunna 

tahu daging hayam endog acar 

'tahu' 'ayam' 'telur' 'acar' 

tempe lauk daging 

'tempe' 'ikan' 'daging' 

Mata rantai yang hilang biasanya mengungkapkan hubungan yang nyata 

dan berwujud: misalnya tiap rumah memiliki atap. Di dalam hal ini  

bagian yang umum dimiliki rumah itu biasanya disembunyikan -tidak 

      


disampaikan-, demikian pula -  - dan -  - c merupakan "mata rantai" 

yang tidak disampaikan. Inferensi dapat bersifat otomalis -dianggap tidak 

ada inferensi- bila hubungannya bersifaL homonimi -generik spesifik- 

atau meronimi -seluruh-sebagian; sebagian-seluruh-. PerhaLikanlah data 

berikut, dan -  - serta -  - c bersifat otomatis. 

-  - a. Eta beus teh arek ka kOla. 


.Bus itu akan ke kota·. 


b. Mobil teh muatanana padedet'. 


'Mobil itu muatannya berjajal'. 


c. Beus teh angkutan umum. 


'Bus ieu kendaraan umum' 


-  - a. Manelma pindah ka imah kontrakan. 


'Ia pindah ke rumah kontrakan'. 


b. Model imalma siga imah Spanyol. 

'Model rumalmya seperti rumah Spanyol'. 

c. lmalma teh aya pantoan jeung jendelaan. 

'Rumalmya itu ada pintunya dan ada jendelanya' . 

     .  Keutuhan Wacana 

Peneliti bahasa dapat memahami secara mendalam tentang keutuhan 

wacana, baik terhadap data yang ada dalam wacana maupun data yang 

menghubungkan bahasa dengan alam luar bahasa. Penelitian wacana 

membedakan apa yang disebut ko teks dan konteks. Konteks adalah 

semua faktor dalam peroses komunikasi yang tidak menjadi bagian dan 

wacana; ko-teks merupakan semua kalimat yang mendukung wacana. 

Keutuhan wacana ini berhubungan dengan hubungan ko-tekstual dan 

unsur-unsur wacana -Iihat Pike dan Pike,      -; dan Kridalaksana,      -. 

Keutuhan wacana antara lain dapat ditelusuri melalui aspek semantik 

leksikon, dan gramatikal -Iihat Kridalaksana,      -. Penelitian bahasa 

atau pengamat bahasa dapat menentukan mana wacana dan mana yang 

bukan merupakan faktor kemampuan bahasa. Perhatikan wacana bahasa 

Sunda dan yang bukan wacana dapal dibandingkan contoh berikut. 

-  - Cipanonna ngembeng waktu akhjrna manelma sadar yen cicing 

di kamar heureut komplek Perumnas, diceboran ku deudeuh 

jeung asih indungna, digayuh ku dunga bapa, di lingkungan nu 

      


lieuk euweuh ragap taya. $arwa leutik sagalana. 

'Air matanya terbendung waktu akhimya ia sadar bahwa dia di 

kamar sempit di kompleks Perumnas, disirami dengan kasih 

dan sayang ibunya. dipacu dengan doa bapak, di lingkungan 

yang serba tiada. Serba kecil segalanya'. 

-Mangle No.        - Tina Korsi 

Roda Wawan Ngukir Harapan- 

-   - Tong heran lamun loba anu ngoyan hirup ayeuna mah 

kagugusur kujaman, lain ngadalikeun jaman. Naon nu jadi 

udagan modemitas teh, lamun beuki loba nilai kaagamaan nu 

diubrak-abrik? 

'Jangan heran bila banyak yang menempuh hidup sekarang ini 

lerseret-seret zaman, bukan mengendalikan zaman. Apa yang 

menjadi kejaran modemitas itu bila makin banyak nilai ke­

agamaan yang diobrak-abrik?' 

Wacana -  - dianggap sebagai wacana yang utuh; karena berbagai faktor : 

pertama, adanya unsur leksikal pada klausa kedua. sarwa yang mengacu 

pada keadaan yang diuraikan sebelumnya; kedua, adanya klitik -na pada 

kalimat pertama, cipanonna 'air matanya' bersifat kataforis dengan 

referan manehna 'ia' sebagai topik wacana; ketiga. saga/a 'segalanya' 

pada klausa kedua sebagai aspek leksikal. demikian pula alat leksikal 

sebagai alat kohesif wacana, antara kalimat pertama dan kedua digunakan 

leksem sarwa menjadikan wacana itu kohesif dan koheren. Kebalikannya 

pada -   - antara kalimat pertama dan kedua tidak ada pertalian apa-apa. 

Unsur yang memperlihatkan keutuhan wacana antara lain unsur 

semantis. Unsur semantis ini dapat berupa: hubungan semantis antara 

bagian-bagian wacana dan kesatuan latar belakang wacana. Hubungan 

senantis antara bagian-bagian wacana tampak dalam hubungan antar 

proposisi-proposisi dari bagian-bagian wacana. 

Hubungan proposisi terdapat juga di dalam satu kalimat bersusun 

maupun majemuk yang secara sintaksis terdiri atas beberapa klausa, dan 

yang secara semantis terdiri atas beberapa proposisi. 

Hubungan semantis antara bagian-bagian wacana antara lain dapat 

dirinci sebagai berikut. 

-l- hubungan sebab-akibat 

hubungan ini menyatakan sebab terjadinya sesuatu dan akibat se­

      

bagai hasil peristiwa ini . Perhalikanlah contoh 

-   - 

 Lebah jalan ka Bumi Alil mah kudu dikosongkeun, daengkena 

baris dipake ngaliwal ku rombongan. Anu Meunang lalar liwat 

kadinya mah ukur panitia. 

'Sepanjang jalan ke Bumi Alil harus dikosongkan, sebab nami­

nya akan djgunakan -dilalui- rombongan. Yang boleh lalu­

lalang di situ hanya panilia. 

-  - 

 hubungan alasan-akibat 

adalah satu bagiannya menjawab pertanyaan apa alasannya. 

-   - 

 Pengaruh ti luar kacida ncrekabna, scdeng kakualan do jero teu 

sabaraha. AlUh gancang pisan elehna teh. 

'Pengaruh dari luar sangal luas sedangkan kekualan di dalam 

tak seberapa. Dengan demikian akan cepal kalah! 

-  - 

 hubungan sarana-hasil 

hasil itu sudah dicapai dan bagaimana hal ilu terjadi . 

-  - 

 Manehna diajar salaker kebek. Teu malak helok lu­

'Ia belajar sekual lcnaga. Tak mengherankan lu­

lusna ge kumlaude.

lusnya juga kumlaude'.

- - 

 hubungan sarana-tujuan 

salah satu bagiannya mengcmukakan apa yang dilakukan untuk 

mencapai tujuan itu. Tujuan belum tentu berhasil, seperti pada: 

-  - 

Sing suhud diajar teh. Sagala kahayang moal teu 'Belajarlah 

dengan sungguh-sungguh. Segala keikahonlal engkena. 

nginan tak akan tidak lercapai nantinya'. 

- - 

 hubungan latar-kesimpulan 

salah satu bagiannya menyatakan bukti apa yang menjadi dasar 

kesirnpulan. 

-  - 

 Papakeanana kacida sieup. Jigana rnanehna pinter.

'Pakaiannya sangat serasi. Rupanya ia pandai

      

nyetelkeunana. 


mengatumya' . 


- - hubungan kelonggaran-hasil 

salah satu bagiannya menyatakan kegagalan suatu usaha. 

-  - Kuring datang isuk keneh. jeung lila ngadagoan q-

dieu. Manehna teu embol-embol. 


di sini. Ia tidak muneuI-muneul'. 


- - hubungan syarat-hasil 

salah satu bagiannya menyatakan apa yang harus dilakukan supaya 

berhasil. Seperti pada berikut. 

-  - Urang ngantep salira dina kaayaan baraseuh. henteu 


'Kita membiarkan badan dalam keadaan basah, tidak 


enggal digemos raksukanana. Tos puguh lebet angin 


eepat diganti pakaiannya. Sudah temu masuk angin 


mah, salesma, nyeri patuangan. sareng tiasa nyeri 


pasti. flu, sakit perut. serta dapat sakit paru-paru. 


paru-paru ". 


- - hubungan perbandingan 

hubungan iill seperti pada: 

-  - Parasea bae barudak teh ari bongoh ti kolot teh. 

'Bertengkar saja anak-anak itu kalau orang tua lengah'. 

Saperti ueing jeung anjing bae. 

'Seperti kueing dan anjing saja'. 

- - hubungan parafrasis 

hubungan yang menyataka.l   bagian lain dengan eara lain. seperti 

-  - Kuring mah teu satuju beuki loba duit proyek nu 


'Saya tak setuju semakin banyak uang proyek yang 


dipake. tina ngahutang ke bang dunya, beuki ripuh 


dipakai dari berhutang ke bank dinia, semakin su­

kudu mayaran hutang. Geus sakuduna urang ngirit 


lit harus membayar utang. Sudah seharusnya JUta 


      


duit rahayat. 


menghemat uang rakyat'. 


-   - hubungan amplifikatif 

bila salah satu bagian wacana memperkuat isi bagian lain, seperti 

pada: 

-   - Kurang ajar budak teh. Geus teu mayar teh maling 'Kurang ajar 

anak itu. Sudah tidak membayar 

mendeuih. 

curi Iagi'. 

-    -hubungan aditif yang bersangkutan dengan waktu , baik simultan 

maupun yang berurutan, seperti pada: 

-   - Pagawean kuring mah geus anggeus. Kuring geus 


'Pekerjaan saya sudah selesai. Saya sudah mengan­


tunduh, kuring mah rek sare ti heula. 


tuk, saya mau tidur duluan' . 


-    - hubungan identifikasi antara bagian-bagian wacana yang dapat di­

kenaI bahasawan berdasarkan pengetahuannya, seperti pada: 

-   - Pamarentah daerah ngadegkeun pabrik di mana-mana. 

'Pemerintah daerah mendirikan pabrik di mana-mana. 

Ku jalan ngadegkeun induslri maranehanana nyang­

Dengan jalan menggalakan industri mereka menduga 

ka yen tempat pikeun digawe Ieuwih Ioba. 

bahwa tempat untuk bekerja Ie bih banyak'. 

-    - hubungan generik-spesifik 

seperti pada: 

-  - Pamanna kacida koretna. Manehanana moal daek 


ngaluarkeun duit pikeun meuli koran. 


'Pamannya sangat kikir.   a tidak akan mau 


mengeluarkan uang untuk membeli koran'. 


-   - hubungan ibarat, seperti pada: 

      

-  - Sanajan gajih 

sim kuring alit, jeung hilJ.lp kula­

'Meskipun gaji saya kecil, serta kehidupan kelu­

warga malarat, sim kuring teu milu-milu narima

arga melarat, saya tidak ikut-ikutan menerima

panyogok. Kajeun kajual nyawa ti batan kajual

suap. Biarlah teIjual nyawa daripada terjual

ngaran.

nama'.

hubungan semantis antara bagian-bagian wacana ini dikemukakan di 

dalam Kridalaksana -     -. Nida -      dan      - berusaha mengadakan 

klasifikasi hubungan-hubungan semantis, tetapi tujuannya adalah klasi­

fikasi semantis atas hubungan antarklausa -Kridalaksana,      -. 

Kesatuan latar belakang semantik yang menjadi keutuhan wacana 

berupa: 

-  - 

 Kesatuan topik, seperti pada: 

-  - 

 Adi Surya di Garut teu aya dua . Saderek peryogi radio 

'Adi Surya di Garut tiada dua. Saudara perlu radio 

mangga deudeug Adi Surya. 

silakan kunjungi Adi Surya'. 

-  - 

hubungan sosial antara pembicara, seperti pada: 

-  - 

A: Geus pinuh.

'Sudah penuh'.

B: Titah dagoan 

di luar.

'Suruh menunggu di luar'.

-  - 

 jenis medium yang dipakai. 

Misalnya, pandangan pertandingan sepakbola dapat didengarkan 

melalui pesawat radio. 

Aspek leksikon yang mendukung keutuhan wacana merupakan per­

talian antarunsur leksikon di dalam wacana tersebur. Unsur leksikon 

ini  dapat berupa: 

-l- 

ekuivalensi leksikal, seperti pacta data: 

      


-  - MUD rnaneh teu bisa indit, kudu ngawakilkeun. Maneh 

nyaho Andi? Pan guru agama nu baheula nu ngajar di dieu . 

'Jika kamu tidak dapat pergi, kamu harus rnewakilkan. Karnu 

tahu Andi? Kan, guru agama yang dahulu mengajar di sini' . 

-  - antonim, sepeni pada data: 

-  - Seueur organisasi sosial anu dikokolakeun ku pamegal. /slri 

mah mung saukur ngabantuan. 

'Banyak organisasi sosial yang dikelola oleh pria. 

Perempuan hanya sekedar membantu '. 

-  - Sinonim, sepeI  i pada: 

-  - Anjeurma hoyong disanggul Jawa. Raina mah hoyong ' la ingin 

disanggul Jawa. Adiknya ingin dikode dikonde 

Sunda. 

Sunda'. 

- - hiponirn, sepeI  i pada: 

-l   - Menehna metik kern bang ros Ii kebon tatanggana. 

Kebon nu pinuh ku kembang teh mani asri katempona. 

'Ia memetik bunga ros dari kebun tetangganya. 

Kebun yang penuh dengan bunga-bunga itu, begitu indah 

kelihatarmya' . 

- - timbal-balik, seperti pada: 

-l   - Maranehna nu nyicingan imah duluma. Duluma nu 

'Mereka yang mendiami rurnah saudaranya. Saudara 

ninggalkeun eta imah geus aya di Surabaya. 

nya yang meninggalkan rumah itu sudah berada di Surabaya'. 

- - pengulangan leksem, sepeni pada: 

-l   -Jadi jalma kudu berseka. falma berseka terang di 'Jadi 

manusia harus apik dan sehat. Manusia apik sehat. 

dan sehat tahu akan kesehatan. 

       

Aspek leksikal yang sering muncul dalam pembuka dan penutup wacana 

adalah leksem-Ieksem tertentu atau frase tertentu yang menjadi ciri 

wacana narasi klasik, seperti di dalam narasi Sunda sering muncul: ka­

caritakeun 'terceritakan', mimitina, mula-mula'. 

Penutup narasi -wacana- dalam carita pantun Sunda disebut rajah 

penutup 'rajah penutup', seperti, yang tercantum di dalam carita pantun 

'Munding Laya Di Kusumah": 

-     - ... urang pada cageur beuteung waras batin adoh balaina parek 

rejekina jembar akaina ditulak ku tulak bala tarnal. 

' ... kita semua masing-masing sehat perut sehat batin 

jauh celakanya dekat rejekinya luas akalnya ditolak dengan pe­

nolak kecelakaan tamat'. 

bandingkan dengan rajah pembuka 'rajah pembuka' berikul. 

-l  -pun sapun 

'Ampun-ampun 

ka luhur ka sang rumuhun 

ke atas kepada sang "rumuhun" -sang arwah/ruh-nenek mo­

yang di angkasa- 

ka handap ka sang batara 

ke bawah kepada sang batara 

ka batara ka batari 

kepada batara dan betari 

ka batara naga raja 

kepada batara naga raja 

ka batari naga sugih 

kepada batari naga sugih Ckaya '- 

amit ampun ka nu kagungan 

pamit ampun kepada yang punya 

bumi langit jeung eusina 

bumi langit dan isinya 

angungna ka kangjeng gusti allah 

agungnya kepada gusti allah 

jembarna ka rasulullah 

lebih luas kepada rasulullah 

ka kangjeng nabi muhammad 

       

kepada kangj ng nabi muhammad 

ka 

para sahabat anu opat 

kepada para sahabat yang empat 

-Ajip Rosidi,      - 

Aspek gramatikal yang berhubungan dengan keutuhan wacana Inl 

merupakan upaya di dalam mendukung keutuhan wacana, Aspek grama­

tikal yang didapatkan di dalam wacana bahasa Sunda antara lain: 

-  - 

 leksem atau frasa yang dapat menyambung anlarkalimal atau kJausa 

-lihat konyugasi Kridalaksana,      -. Upaya ini  di dalam ba­

hasa Sunda dapat berupa: jadi 'jadi', ku lantaran kitu 'oleh sebab 

itu', eta oge 'itupun', sajeroning kitu 'sementara itu', sanajan kitu 

'sesungguhnya demikian', saupamana 'seandainya', sok sanajan kitu 

'sungguhpun demikian', bisa-bisa 'jangan-jangan', bisi 'kalau­

kalau'. 

-  - 

 elipsis, apa yang dilesapkan dalam salah satu bagian biasanya me­

ngulang apa yang telah diungkapkan dalam bagian wacana lain. Per­

hatikanlah wacana berikut. 

-    - 

A: Tiasa Nana sumping ka dieu enjing-enjing?

'Bisakah Nana datang ke sini pagi-pagi?'

B: 

 Tiasa -Nana dongkap ka dieu enjing-enjing unsur elipsis-. 

'Biasa'. 

-  - 

Paralelisme, seperti pada: 

-    - Budak balur dipiara. Budak sorangan diantep.

'Anak orang dipelihara. Anak sendiri dibiarkan'.

- - 

 Pronomina -sebagai uapaya penyulih yang berfungsi anaforis dan 

kataforis- Pronomina dapat berupa pronomina orangan -pronomina 

persona dan pronomina demonstralif-. Perhatikan data berikut. 

-  - Susi nu kamari datang ka dieu. Manehna arek ngin

'Susi yang kemarin datang ke sini. Ia akan memin­

jeun catetan kuliah.

jam catatan kuliah'.

       

Bandingkan dengan 

-    - 

Ah, ieu mah kumaha di dinya bae. Lamun tea mah

Ah,ini sih terserah di situ saja. Jika sean­

ceuk di dinya kudu milu ka itu, teu jadi ha­

dainya kata di situ harus ikut ke sana, tidaklah

langan.

berhalangan' .

Pronomina nama diri Susi pada -    - disulih dengan pronomina persona 

manehna 'ia' -pronomina persona III-: sedangkan pada -    -,pronomina 

demonstratif ieu 'ini' mengganti -menyulih pronomina I-, s~ angkan di 

dinya menyulih pronomina   I dan itu 'itu' menyulih pronomina III ; pada 

wacana -l  - pronomina demonstratif bersifat eksoforis, ,dengan di dinya 

'di situ' yang diulang berfungsi anaforis. Pada -    - manehna berf}mgsi 

anaforis terhadap nama diri. 

Bahasa Sunda memiliki -na dapat dikatakan: -  - sebagai varian dari 

manehna 'ia' -pronomina persona III-, -  - sebagai posesif, -  - sebagai 

klitika, - - sebagai nominalisator, - - sebagai pengganti nomina yang 

bersifat anaforis di dalam wac ana. Perhatikaruah data berikut. 

-  - 

 a. Buku eta mah buku anyar atuh. Maneh mah macana engke bae. 

'Buku itu buku baru. Kamu membacanya nanti saja'. 

--na pada macana bersifat anaforis mengacu pada benda - buku 

eta 'buku itu '- 

b. 

 Bukuna oge geus aya di dieu. Bisi engke arek dibawa 

'Bukunya ternyata sudah ada di sini. Kalau -buku itu- 

mah cokot bae ti dieu. 

nanti akan dibawa ambil saja dari sini' . 

-  - 

 Duitna beak dipake ngadu. Ku lantaran kitu, indungna ngamuk. 

'Uangnya habis dipakai berjudi. Oleh karena itu ibunya ngamuk' . 

--na sebagai posesif, yang sekaligus sebagai pronomina eksoforis 

mengacu kepada pronomina III, di luar konteks- 

-  - 

 Macana geus sababaraha kali. Ngitungna can keneh bisa. 

"Membacanya sudah beberapa kali. Menghitungnya belum bisa 

juga'. 

--nya nominalisator, dapat bennakna cara membaca - 'ia membaca 

alau cara menghitung pad a klausa kedua, atau 'ia menghitung-. 

      


- - Eta budak teh bapana babaturan kuring. Imahna jauh tidieu. 

'Anak itu ayahnya ternan saya. Rumahnya jauh dari sini'. --na yang 

mengacu pada posesif. -na pada bapana bersifat anaforis dihubung­

kan dengan eta budak teh 'anak itu'; demikian pula -na 'nya' pada 

imahna 'rumahnya'- 

Oi dalam bahasa Indo-Eropa pada - - itu disebut kontruksi yang menyim­


pang dari pola umum, tetapi lazim dalam bahasa lisan, ini disebut 


anakoLuthon -lihat Kridalaksana,      -. 


Konstruksi - - tennasuk konstruksi yang tidak benerima di dalam bahasa 


negara kita  -dianggap sebagai pengaruh Oaerah Jawa atau Sunda-. Oi 


dalam teks Melayu Klasik hal ini lazim ditemukan. 


    .  Jenis Wacana Bahasa Sunda 

Wacana bahasa Sunda dapat dipilah menjadi wacana tradisional dan 

wacana modem. Wacana tradisional ini muncul sekitar abad ke-  Masehi 

-Ekadjati, dick.,       -. Berbagai jenis huruf -aksara- telah digunakan 

untuk menulis wacana tradisional. antara lain, Palawa, Sunda Kuno, 

Arab, dan Latin. Huruf Pallawa hanya digunakan untuk menulis prasasti. 

Wacana modem dapat dilihat jenisnya, berupa; -I- wacana naratif, 

prosedural, ekspositoris, honatori, dramatik, epistolari, dan wacana se­

remonial -lihat Longacre,       dan Wedhawati, dick.,      -. Wacana 

tradisional dan modem Sunda ini masih memerlukan penelitian khusus 

yang mendalam. Sebagai uraian dan contoh data dari jenis wacana 

modem dapat diungkapkan dalam penelitian ini sebagai berikut. 

-  - Wacana naratif 

Jenis wacana ini digunakan untuk menceritakan sebuah cerita. Narasi 

terdiri atas pelatardepanan -joregrounding- dan pelatarbelakangan 

-backgrounding-. Pelatardepanan merupakan wacana yang disaji­

kan sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal 

para pembaca atau pendengar, dan mereka merasa mengalami dan 

atau melakukan apa yang diungkapkan wacana ini . Sebaliknya 

pelatarbelakangan merupakan pengungkapan informasi supaya pem­

baca atau pendengar benambah pengetahuannya -Ojajasudarma, 

     -. 

Jenis wacana ini uraiannya ringkas. Pada bagian-bagian yang di­

anggap penting sering diulang atau diberi tekanan. Biasanya dimulai 

      


dengan aline a pembukuan kemudian isi, dan akhimya alinea pe­

nutup. Data berikut menunjukkan pelatarbelakangan yang dilanjut­

kan dengan pelatar belakangan yang dilanjutkan dengan pelatar­

depanan dalam sebuah narasi bahasa Sunda. 

-  - Si Asmal budak borangan pisan nenjo nu poek-poek 

'Si Asmal anak penakut sekali melihat yang gelap 

sieun ririwa omongna mah. Dina hiji mangsa kira 

gelap takut hantu katanya. Pada satu waktu kira­

sareupna si Asmal dititah meuli daun kawung ku 

kira menjelang malam si Asmal disuruh membeli da­

bapana ka warung nu deukeut. Manehna kacida sieunun 

enau oleh ayahnya ke warung yang dekat. Ia na. 

sangat takutnya'. 

-  - Barang rek balik deui Si Asmal asa kop bae dihakan 


'Begitu akan kembali, si Asmal serasa -tiba-tiba- 


ku ririwa. Ti dinya berebet manehna lumpat datang 


dimakannya oleh hantu. Dan situ larilah ia, dana 


ka imah neumbag panto blug labuh di dinya. 


tangnya ke rumah menebrak pintu jatulah ia di situ'. 


Pada -  - penulis menyusun wacana secara dinamis -joregrounding- 

sedangkan pada -  - penulis menyusun wacana dengan maksud mem­

berikan informasi apa yang akan digambarkan di dalam pelatardepanan. 

Perhatikanlah unsur yang membuat foreground itu dinamis di dalam 

narasi bahasa Sunda, perpindahan ditandai dengan leksem barang 'be-· 

gitu '; upaya pelatardepanan digunakan kata antar -kecap anteuran - lihat 

Djajasudarma, \   -. 

-  - Wacana prosedural 

Wacana prosedural ini adalah wacana yang biasanya digunakan 

untuk menceritakan atau memberikan keterangan bagaimana sesuatu 

harus dilaksanakan atau menerangkan bagaimana hal itu dilak­

sanakan pada umumnya. Wacana ini mengemukakan persyaratan­

persyaratan tertentu supaya proses pembuatan sesuatu itu berhasil 

dengan baik. Yang termasuk wacana prosedural ini misalnya, masak­

memasak, pembuatan obat dan jamu, penyelenggaraan pertanian, 

dan perkcbunan. Perhatikanlah contoh berikut: 

      


-    - 

Kueh donat: 


'Kue Donat': 


Bahan tipung tarigu, endog hayam, min- 'ak kalapa 

'tepung terigu, telur ayam , minyak kelapa 

gula pasir. 

gula pasir'. 

Masakna endog hayam dikocok dugi ka ngabudah, 

'telur ayam dikocok sampai membuih, 

tetipung tarigu dilebetkeun, diaduk dugi 

pung terigu dimasukka, diaduk sampai 

ka rata, teras dibulcud-beleud di tengah 

rata, lalu dibundar-bundar di tengah­

na diliangan teras digoreng, saparan­

nya dilubangi lalu digoreng, sesudah 

tos asak dijait, dipurulukan tipung 

matang diangkat, ditaburi tepung gula 

gula bodas. 

pasir -gula halus-' . 

-  - Wacana ekspositoris 

Wacana ini bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat 

atau kesimpulan dari sebuah pandangan. 

Pada umumnya ceramah, pidato atau anikel pada majalah dan surat 

kabar termasuk wacana ekspositoris. Perhatikanlah wacana eksposi­

toris berikut yang tertuang di dalam pidato. 

-     - Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


Puji syukur ka Allah SWT ku tinekanan cita-cita 


sim k\lring ngayakelUl ieu kagiatan. Kalawan rasa 


reueus sareng bingah yen para sepuh sadayana 


parantos ngarojong kana ieu kagiatan. Mugi-mugi ku 


pangrojong ti para sepuh jadi modal, tiasa diang­

go bekel kanggo langkung ngaronjatkeun 


ieu kagiatan.... 


'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


Puji syukur ke hadirat Allah SWT dengan ter­


laksananya kegiatan ini. Dengan rasa bangga dan 


      

gembira bahwa para sepuh telah mendukung kegiatan 

ini. Semoga dukungan dari para sepuh. menjadi 

modal. dapat dijadikan bekal untuk lebih meningkalkan 

kegiatan ini ....•. 

- - 

 Wacana ho tatori 

Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pem­

baca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan, jadi se­

lalu berusaha agar memiliki pengikut/penginut, atau paling tidak 

menyetujui pendapat yang dikemukakan itu, kemudian terdorong 

untuk melakukannya. 

Yang termasuk wacana hortatori antara lain, khotbah, pidato tentang 

politik. Perhatikanlah data berikut. 

-     - Bakti Ka Negara 

Dina jihad atawa perang sud mah tara ieuh 

ngitung-ngitung umur atawa pangalaman hirup. Lamun 

enya bakti ka nagara. jeung ceuk komandan. 

barudak kudu maju perang. tara talangke 

deui bral bae miang. 

'Berbakti Pada Negara 

Dalam jihad atau perang sud itu tak pernah meng­

hitung-hitung usia atau pengalaman hidup. Kalau 

memang berbakti pada negara, dan kata komandan, 

anak-anak harus maju berperang. tak pernah 

menunggu lagi. berangkatlah mereka'. 

- - 

 Wacana ho tatori 

Wacana ini menyangkut beberapa orang penutur -lebih dari satu 

orang- dan sedikit bagian naratif. Pentas drama ini dahulu dikenal 

dengan 'sandiwara', tetapi sekarang lebih dikenal dengan drama. 

Sendratari Sunda merupakan drama lad. misalnya 'Lulung 

Kasarung", Munding Laya Di Kusumah". 

- - 

 Wacana dramatik 

Wancana ini digunakan dalam surat- ural, dengan sistem dan bentuk 

tertentu. Dimulai dengan alinea pembuka, isi dan alinea penutup. 

Pematikanlah sistem dan bentuk surat berikut 

      

-     - Sareng honnat, 

Serat dibujeng enggalna bae sim abdi ngawakilan reren­

cangan, pelajar Madrasah Tsanawryah Darul Falah Cipari 

Majalengka, hoyong terang alamat Mbak Tulut -lbu Siti 

Hardiyanti Indra Rukrnana- putra bapa presiden sareng Ibu 

Tien tea. 

Diantos waleranana, nuhun. 

Momoh Halimah 

Madrasah Tsanawiyah Darul Falah 

Kompl. Pasanlren Cipari Majalengka 

-Mangale No.       - 

- - 

Wacana epistolari 

Wacana ini berhubungan dengan upacara adal yang berlaku di 

masyarakat bahasa Sunda, misalnya, nasi hal -pidato- pada upacara 

perkawinan, kematian atau upacara cukuran anak. Contoh wacana 

pada upacara perkawinan -sawer penganlin- sebagai nasihat kepada 

pengantin perempuan. 

-    - Rarepeh parneget 

istri

'Diarnlah laki-laki dan perempuan'

kuring rek ngawuruk putri

'saya akan memberi nasihat kepada putri'

piwuruk terus jeung santri

'nasihat terus dengan santri'

sugana jadi pamatri

'barangkali akan menjadi patri'

kana manahna nyi putri'

'pada hatinya nyi putri'

Analisis wacan'a yang lebih mendalarn dapat dilakukan melalui anali­

sis mikrostrukturan dan makro struktural. Dihubungankan dengan jenis 

wacana yang telah dikemukakan, pada hakikatnya secara makro struk 

tural terdapat dominasi. Dominasi terse but berupa: 

I. 

 Narasi konjungsi temporal 

  . 

 Desk.Jipsi konjungsi satial 

      

  . 

 Klasifikasi konjungsi korelatif 

koordinatif 

altematif 

antitesis 

kontras' 

 . 

 Evaluasi konsesif 

syarat 

keadaan 

sebab-akibat 

Klasifikasi terse but dihubungkan dengan empat sikap dasar alau 

pendekatan yang disajikan oleh seorang penulis/pembicara, yaitu: ber­

cerita, mendeskripsikan ciri/sifat, menganalisis'/mengklasifikasi, dan 

mengevaluasi/mengulas -lihat Kinneavy,       - Wacana jarang hanya 

terdiri atas satu "mode" -keempat sikap yang disajikan di atas -naratif, 

deskriptif, kJasifikasi, dan evaluasi- disebut dengan istilah "discourse 

mode", tetapi salah satu mode mungkin mendominasi wacana tertentu.